
Panggung MPL adalah cermin paling jujur dari meta kompetitif Mobile Legends. Di sana, hanya hero mobile legends yang paling efektif secara makro, serbaguna, dan konsisten yang berani masuk draft. Namun, ada juga 10 hero mobile legends yang nyaris tak pernah terlihat saat MPL modern. Kenapa mereka jarang dipilih? Cerita di baliknya menarik: soal tempo, kontrol peta, dan risiko di level pro, bukan sekadar damage besar.
Menurut Esports Charts, ekosistem MPL terus tumbuh dengan jutaan penonton puncak per musim, sehingga keputusan draft kian konservatif dan data-driven. Menurut GamingSavvy Blog, para coach MPL cenderung menutup ruang eksperimen berlebih di panggung utama demi kestabilan hasil—meta yang sudah terbukti sering mengalahkan kejutan teori.
Mengapa Beberapa Hero Mobile Legends Absen di MPL?
Selain faktor mekanik, draft pro sering ditentukan oleh patch terbaru, objektif seperti Lord dan Turtle, serta fleksibilitas rotasi tim. Hero yang tak punya mobilitas, sustain, atau utilitas tim biasanya kalah saing. Di tahun 2024 hingga awal 2025, tren ini makin jelas: hero spesialis dengan satu trik sulit bertahan di patch yang menuntut adaptasi.
- Tim pro mencari CC, mobilitas, dan fleksibilitas role.
 - Eksekusi objektif cepat dengan kontrol vision jadi prioritas.
 - Hero yang mudah ditebak atau terlalu lemah di early game biasanya dihindari oleh pemain profesional.
 
Menurut MPL Indonesia, tim-tim pro mengutamakan hero dengan kontrol tim dan utilitas map yang kuat untuk meminimalkan varians. Menurut ArenaMobile Blog, banyak hero populer di ranked tidak otomatis layak kompetitif karena koordinasi lima orang di MPL menutup celah-celah yang biasa dimanfaatkan di publik.
Hero Mobile Legends yang Tidak Pernah Dipakai di MPL
1) Layla – Damage besar, langkahnya berat
Di ranked, Layla bisa jadi mesin DPS. Di MPL, tanpa dash dan alat bertahan, ia jadi target empuk dive roamer dan jungler. Setiap team fight level pro adalah adu posisi presisi; begitu tertangkap, Layla kehabisan opsi.
Menurut MPL Indonesia, prioritas draft modern mengangkat marksman dengan mobilitas atau self-peel agar aman saat contest objektif.
2) Miya – Snowball yang butuh terlalu banyak syarat
Miya bersinar ketika tim bisa membawanya ke late dengan aman. Sayangnya, tempo MPL cepat; pick-off, invasi jungle, dan setup Lord memaksa marksman untuk bisa berkontribusi lebih awal.
Menurut ONE Esports, marksman tanpa kemampuan dash kini kurang bernilai dibanding MM dengan skill reposition atau utilitas tambahan.
3) Zilong – Spear strike yang terlalu linear
Zilong punya pick-off kuat pada satu target, tapi minim CC area dan sustain. Di MPL, komposisi tim biasanya menuntut engage-disengage berulang dan kontrol ruang—area yang bukan spesialisasi Zilong.
Menurut Data Esports, meta MPL sering memprioritaskan offlaner dengan CC andal dan teamfight presence yang konsisten.
4) Sun – Raja bayangan yang mudah dibaca
Strategi Sun adalah split-push lewat klon, memaksa lawan bereaksi. Di level pro, strategi warding, pengendalian wave, dan rotasi yang ketat sering mematahkan manuver lawan sebelum menghasilkan objektif besar.
Menurut Moonton, Sun dirancang sebagai fighter pendorong lane dengan tekanan split, yang dalam pertandingan kompetitif memerlukan eksekusi makro sangat rapi.
5) Odette – Symphony yang mudah dibungkam
Ultimate Odette dahsyat, tapi channeling panjangnya undang cancel dari stun, knock-up, atau silence. Tanpa front line tebal dan cover rapat, risikonya terlalu tinggi di panggung MPL.
Menurut ONE Esports, mage channeling cenderung bernilai situasional di pro play dibandingkan mage poke atau burst yang lebih lincah.
6) Eudora – Petir instan yang terbaca
Eudora adalah paket burst satu target yang sederhana dan mematikan. Namun, begitu lawan membangun item defensif dan bermain berkelompok, value Eudora turun drastis.
Menurut MPL Indonesia, komposisi pro mencari mage yang memberi kontrol area, wave clear aman, dan adaptasi build untuk berbagai skenario.
7) Hanzo – Power farming dengan tali pengaman pendek
Hanzo bisa farm cepat dan pick-off lewat proyeksi ult, tapi tubuh aslinya rapuh. Pro team akan melacak posisi tubuhnya, melakukan dive cepat, dan mematikan ancaman sebelum objektif.
Menurut Moonton, Hanzo memerlukan proteksi dan kontrol area saat menggunakan ultimate—sebuah prasyarat yang sulit dipenuhi konsisten di meta MPL.
8) Badang – Dinding yang menuntut presisi sempurna
Badang punya CC kuat bila combo dan penempatan dinding tepat. Di MPL, lawan memegang battle spell dan mobilitas untuk keluar dari jebakan—membuat win condition Badang terlalu sempit.
Menurut AFK Gaming, fighter bergantung combo dengan jendela eksekusi sempit biasanya kalah stabil dibanding inisiator serbaguna.
9) Argus – Kebal mati, tapi apa berikutnya?
Ultimate Argus memberi momen hidup-atau-mati yang dramatis. Masalahnya, ia tidak menyumbang CC atau kontrol objektif yang cukup. Di pro play, umur panjang tanpa kontrol tim jarang cukup.
Menurut GosuGamers, utilitas seperti hard-CC, zoning, dan pengendalian ruang lebih sering jadi parameter utama kelayakan hero di level turnamen.
10) Bane – Kapten push yang tersisih tempo
Bane memang kuat saat mendorong tower dan duel 1v1. Namun, ketika teamfight lima lawan lima terjadi, ia kalah dari fighter atau mage yang lebih fleksibel. Kontes Turtle/Lord menuntut jungler atau mid yang punya CC dan sustain lebih solid.
Menurut ONE Esports, ekosistem pro cenderung menggeser hero push murni ke rak situasional karena objektif kini diperebutkan dengan setup formasi dan kontrol zona.
Faktor Patch, Data, dan Cerita Lapangan
Pada tahun 2024 hingga awal 2025, beberapa patch Mobile Legends memperkuat value fleksibilitas role, mempercepat tempo early objective, dan menghadiahi hero dengan mobilitas. Ini menambah jarak antara hero “niche” dan pilihan meta. Menurut Moonton, update berkala dirilis untuk menjaga keseimbangan kompetitif, sementara tim pro cepat menyesuaikan prioritas draft setelah tiap patch penting.
FAQ:
Apakah hero-hero ini benar-benar tidak pernah dipakai?
Secara praktik, mereka nyaris tidak muncul di musim MPL modern karena alasan konsistensi dan utilitas. Namun, meta bisa berubah dan selalu ada ruang kejutan.
Mengapa hero populer di ranked tidak laku di MPL?
Koordinasi tim pro, kontrol vision, dan tempo objektif membuat trik yang efektif di publik jadi kurang bernilai di panggung turnamen.
Apakah buff bisa mengubah nasib mereka?
Bisa. Buff pada mobilitas, CC, atau utilitas tim sering kali lebih berdampak ketimbang sekadar menambah damage.
Hero mana yang paling berpeluang tembus MPL jika meta bergeser?
Bane dan Sun—jika split-push dan objektif kembali dihargai besar serta ada perubahan pada kontrol vision.
Apa pelajaran untuk pemain ranked dari daftar ini?
Pilih hero sesuai kebutuhan tim: mobilitas, CC, dan objektif. Damage besar saja tidak cukup di permainan koordinatif.
Apakah role tertentu lebih menentukan?
Jungler dan roamer sangat berpengaruh pada tempo. Namun, semua role penting menjaga formasi dan eksekusi.
Sejak kapan tren ini terlihat?
Sejak musim-musim MPL 2023–2025, saat tempo permainan dan fleksibilitas menjadi standar tinggi.
Meta MPL dan Realita Hero Mobile Legends
Panggung MPL menuntut efektivitas tanpa kompromi. Itulah mengapa 10 hero mobile legends di atas nyaris tak pernah dipakai pada musim-musim terakhir: mereka kalah dalam hal mobilitas, kontrol tim, atau fleksibilitas build. Bagi pemain, kuncinya adalah membaca meta, memaksimalkan sinergi, dan menyeimbangkan mekanik dengan makro.
Jika kamu penggemar Mobile Legends dan ingin melihat variasi hero mobile legends di MPL, terus ikuti patch terbaru dan eksperimen tim pro—meta selalu bergerak. Punya pengalaman menarik atau opini berbeda soal daftar ini? Tinggalkan komentar, bagikan artikel ini ke teman mabar, dan kunjungi kami lagi untuk analisis meta terbaru!